Perbedaan Siklus Litik dan Lisogenik Dalam Virus

133 Likes Comment
perbedaan antara litik dan lisogenik yaitu

Beberapa orang mungkin belum cukup familiar dengan siklus litik dan lisogenik. Karena kedua siklus ini merupakan metode reproduksi yang didapatkan dari virus. Siklus Litik dan Lisogenik melibatkan pengenalan virus dalam sebuah sel, dengan menggunakan bahan genetik. Sehingga sel tersebut bisa digunakan untuk mereplika virus lebih banyak. Dan untuk mengenal lebih dalam sekaligus tahu perbedaan siklus litik dan lisogenik, simak ulasan berikut.

Daur Hidup Litik dan Lisogenik

Siklus Litik

Siklus Litik dianggap sebagai siklus utama dalam proses replikasi virus. Siklus ini dilakukan setelah DNA virus memasuki sel tersebut. Barulah kemudian mentranskripsi menjadi RNA messenger untuk sel inang. Dan selanjutnya akan menggunakan untuk mengarahkan ke ribosom. Selanjutnya, DNA sel inang akan hancur dan virus yang akan mengambil alih dari semua aktivititas metabolisme di dalam sel. Virus juga menggunakan energi dari sel untuk dibudidayakan sendiri.

Dari virus inilah kemudian akan menghasilkan keturunan yang dikenal dengan bakteriofage. Proses replikasi ini terbilan sangat cepat, dimana setiap sel bisa langsung diisi oleh 100 hingga 200 virus yangbaru. Saat sel sudah mulai sesak dan penuh, maka virus aslinya akan melepaskan enzim serta memecah dinding sel. Sebelum masuk ke perbedaan siklus litik dan lisogenik, secara sederhana dalam siklus ini, virus akan membajak sel yang telah terinfeksi dan kemudian dihancurkan.

Bagian virus yang bisa menginfeksi sel ini dinamakan dengan asam nukleat penyusun virus yang berupa ADN atau asam diosiribounukleat atau juga ARN atau Asam ribonukleat. Namun di dalamnya tidak pernah ditemukan kedua ADN atau ARN bersama sama. Karena umumnya asam nukleat akan membentuk sebagai molekul tunggal, baik dalam bentuk untaian tunggal atau untaian ganda.

Baca Juga:  Pengertian Serta Perbedaan Fenotip dan Genotip

Siklus Lisogenik

Tak hanya melakukan siklus litik, virus juga melakukan siklus lisogenik. Dimana virus yang melakukan daur ini infeksinya tidak akan membuat kematian secara langsung pada selnya. Namun akan menginfeksi bagian genetik virus dan bergabung pada materi genetik di sel inangnya. Sel inang ini tidak akan menunjukkan gejala terinfeksi oleh virus. Hal ini tentunya menjadi perbedaan siklus litik dan lisogenik yang mendaur ulang virus yang ada.

Apabila sel inang berkembangbiak, maka genetik virus akan mewariskan kepada sel yang dihasilkan. Virus ini juga bisa melakukan daur lisogenik ketika mampu untuk aktif dan juga akan melakukan siklus litik. Hal tersebut bisa terjadi lantaran dipicu oleh faktor fisika maupun kimia. Dalam siklus lisogenik, DNA ataupun RNA akan memasuki sel serta terintegrasi pada DNA inang dan menjadi gen baru yang dikenal profag.

Tak hanya itu, pada siklus ini lisogenik juga tidka ada gejala virus. Tetapi gejala akan diperlihatkan ketika infeksi virus telah selesai. Tetapi DNA maupun RNA tetap berada di dalam sel dan mungkin akan tinggal di dalam secara permanen. Hanya saja apabila profag mengalami stres, terkena radiasi atau mutasi, maka siklus lisogenik mampu untuk berubah menjadi siklus litik. Nantinya juga akan ada gejala infeksi virus yang baru yang menjadi perbedaan siklus litik dan lisogenik.

Dari penjelasan tersebut, bisa disimpulkan jika dalam siklus litik akan ada gejala infeksi viru, infeksi bisa menghasilkan virus ganas, virus juga bisa bereplika dan DNA virus akan menghancurkan DNA sel, serta mengambil alih fungsinya. Sementara pada siklus lisogenik, virus tidak akan ada gejala, tidak bisa menghasilkan keturunan dan replikasi hanya menghasilkan virus sedang. Bahkan dalam siklus lisogenik, DNA virus akan menyatu dengan DNA sel.

Baca Juga:  Peta Pikiran: Menggali Potensi Kreativitas Melalui Visualisasi Ide

You might like

About the Author: Recca Wibisono

Market Analysis Enthusiast lulusan salah satu kampus negeri jurusan manajemen bisnis yang mempunyai hobi belanja