3 Perbedaan Pantun Syair dan Gurindam Dalam Kesusastraan Lama

144 Likes Comment
Perbedaan Pantun Syair dan Gurindam

Karya sastra jadi salah satu hal yang tidak bisa dijauhkan dari manusia, karena menjadi wadah yang tepat untuk mengekspresikan diri. Kesusastraan lama di negeri ini ada beberapa jenis yang telah lama tidak lagi dipakai.

Mengetahui perbedaan pantun syair dan gurindam ini sangat penting agar warisan ini tidak ditinggalkan oleh gen Z. Yuk intip perbedaan ketiganya di bawah ini!

1. Pengertian Pantun Syair dan Gurindam

Pantun ini tergolong dalam kategori puisi lama yang sudah jarang dipakai saat ini. Pantun ini berasal dari bahasa Minangkabau, yaitu patuntun yang berarti penuntun. Hal tersebut terbukti dari adanya sampiran dan isi yang tercangkup di dalamnya. Anda dapat membuat pantun ini dalam beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan isinya.

Salah satu jenis puisi lama satu ini cukup unik karena memiliki irama saat anda membaca syair. Puisi lama dalam kesusastraan lama ini berasal dari negeri timur, atau lebih tepatnya Arab. Masuk ke Indonesia bertepatan saat ajaran agama Islam juga masuk ke negeri ini. Titik penting dari puisi lama ini berada pada irama sajak yang terkandung di dalamnya.

Bentuk puisi lama satu ini memiliki bentuk yang sangat unik dan berbeda dari dua jenis sebelumnya. Anda melihat perbedaan pantun syair dan gurindam yang cukup jelas, yaitu hanya ada dua bait saja. Gurindam masuk oleh penganut agama Hindu di masa kejayaan kerajaan Hindu. Asal kata puisi lama ini dari bahasa India, Kirindam yang berarti mula mula atau perumpamaan.

2. Jumlah Baris dalam Satu Bait

Ketiganya termasuk dalam kategori puisi lama yang masih terikat aturan cukup ketat. Anda harus memperhatikan jumlah bait saat akan membuatnya. Pantun dan syair harus disusun dalam empat baris dalam satu bait. Sedangkan Gurindam cukup berbeda karena hanya terdiri atas dua baris dalam satu bait, sehingga bentuknya terkesan lebih sederhana.

Baca Juga:  Perbedaan Konotasi dan Denotasi + Contoh Kalimat

Tak hanya mengatur jumlah baris, para penulis puisi lama juga terikat pada jumlah kata dan suku kata dalam satu baris. Anda harus menyusun 8 kata dan 12 suku kata untuk pantun, sedangkan syair hanya terdiri atas 8 sampai 16 suku kata di tiap barisnya. Gurindam memiliki aturan yang unik, karena ada 10 sampai 14 kata untuk dua baris.

Bila anda merasa aturan tersebut cukup unik, maka akan semakin unik dengan aturan rima di satu bait. Perbedaan pantun syair dan gurindam ini juga terletak pada jumlah dan jenis rima yang dipakai. Pantun disusun dengan rima a-b-a-b, sedangkan syair memiliki rima a-a-a-a. Hampir sama, gurindam juga memiliki rima yang sama dalam satu bait yaitu a-a, b-b, dan seterusnya.

3. Struktur Isi

Isi dari pantun mungkin sudah banyak yang tahu, yaitu dua baris pertama sebagai sampiran dan dua baris terakhir sebagai isi. Syair memiliki struktur isi yang terjalin sebagai satu kesatuan yang padu dalam satu bait. Sedangkan Gurindam terdiri dari baris pertama sebagai masalah atau paparan awal dan baris kedua berperan sebagai isi atau jawaban.

Setiap puisi lama mengusung konsep atau isi yang tak sama, begitu pula dengan pantun yang memiliki isi terkait nasihat atau teguran. Perbedaan pantun syair dan gurindam ini sangat mencolok, karena syair mengusung petuah, dongeng, atau cerita. Sedangkan gurindam mengusung nilai nilai kehidupan atau moral.

Indonesia memiliki kesusastraan lama yang saat ini telah lama ditinggalkan, tetapi tak boleh dilupakan oleh generasi Z. Ada tiga jenis puisi lama, yaitu pantun, syair dan gurindam yang memiliki karakteristik berbeda beda. Bila anda ingin membuatnya, maka harus memperhatikan struktur yang mengaturnya seperti isi, jumlah baris, dan lain lain.

Baca Juga:  Bicara Budaya, Ini Perbedaan Asimilasi dan Akulturasi + Contohnya

You might like

About the Author: Recca Wibisono

Market Analysis Enthusiast lulusan salah satu kampus negeri jurusan manajemen bisnis yang mempunyai hobi belanja